Tahu arak? Pasti. Tetapi barangkali tak banyak yang tahu bahwa arak begitu bervariasi.
Arak, kadang dieja arrack (bahasa Inggris) adalah minuman beralkohol yang biasanya diproduksi di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. Arak terbuat dari fermentasi nira mayang kelapa, tebu, biji-bijian (misalnya beras, beras merah) atau buah, tergantung pada negara atau wilayah asalnya.
Bahan distilasi arak dapat dicampur, disimpan lebih lama dalam tong kayu, atau berulang kali disuling dan disaring tergantung pada rasa dan warna keinginan pembuatnya.
Beberapa otoritas modern percaya kata ini berasal dari kata Bahasa Arab “Arq”, yang berarti ‘distilat’. Di Timur Tengah dan Timur Dekat, istilah “arak” biasanya digunakan untuk minuman keras yang disuling dari anggur dan dibumbui dengan adas.
Arak kelapa dianggap oleh sebagian umat agama Islam sebagai “celah” dalam menghindari larangan agama karena bukanlah terbuat dari biji-bijian ataupun buah, melainkan dari air nira mayang palem, sehingga memungkinkan konsumsi tanpa melanggar aturan agama.
Di Bali, arak adalah alternatif oleh-oleh dari Bali. Pereraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 menyebutkan minuman fermentasi Bali seperti arak, brem, dan tuak sudah legal.
Arak di Bali sering dicampur dengan berbagai remapah seperti cengkeh, jebugarum (pala), dan kayu manis. Bahkan ada juga yang menambahkan madu dan jeruk nipis. Bagi Sebagian masyarakat Bali, arak digunakan sebagai bahan makanan seperti layaknya wine, vodka, dan whiskey.
Bagi masyarakat Bali, arak menjadi minuman keseharian dan pengganti minuman alkohol lain
Arak Bali merupakan minuman alkohol khas yang terbuat dari fermentasi nira kelapa atau beras merah. Proses pembuatan arak Bali umumnya masih tradisional, dilakukan kelompok masyarakat di desa-desa.
Variasi alkoholnya bervariasi, mulai dari 15, 20, hingga 40 persen alkohol. Namun berbeda dengan minuman alkohol lain, arak Bali juga identik dengan pengobatan tradisional di Bali.
Dipercaya arak memiliki banyak manfaat kesehatan untuk tubuh. Para petani akan minum satu sloki araK terlebih dahulu untuk menghangatkan tubuhnya sebelum bekerja.
Selain itu, arak juga digunakan untuk alat kecantikan, meremajakan kulit, serta obat rematik dan diabetes dengan campuran rempah tertentu. Beberapa keluarga di Bali hingga saat ini masih memilih untuk menggunakan arak untuk pengobatan alternatif.
Misalnya untuk menurunkan panas badan, satu sloki arak Bali yang dicelupi sapu tangan ditempel di bawah pusar selama beberapa menit hingga suhu menurun.
Tak seperti minuman beralkohol lainnya, dalam pembuatan arak Bali, para pengrajin tidak menggunakan campuran alkohol sama sekali dan tetap memakai bahan tradisional.
Di Bali beberapa wilayah terkenal sebagai produsen arak yakni desa Les di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dan desa Merita, Kecamatan Abang Karangasem.