Mengangkat tema “UNION”, tahun ini Rasasastra, sebuah platform kreatif yang juga menjadi community partner dari Ubud Writer & Readers Festival, kembali hadir untuk kedua kalinya. Bersama dengan Yayasan Negeri Rempah, Wedhangan Q, Tempe.Ide, Winson the Storyteller Family, Indra Zaka Permana visual system scriber, dan Jasminé pegiat aksara Jawa.
Platform ini mengajak masyarakat untuk mengenal dan melestarikan warisan Budaya Indonesia melalui seni dan rempah. Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Rasasastra, acara ini menghadrikan beragam aktivitas interaktif , Elghandiva A. T, Founder Rasasastra, menjelaskan, “Merupakan kesempatan yang berharga untuk kami, untuk berkolaborasi dan terjalin dengan beragam komunitas dan beragam seniman multidimensi. Menjadi platform kuratorial dan kolektif yang hadir sebagai ruang terbuka untuk eksperimentasi seni, kolaborasi, dan publikasi,
Rasasastra sendiri bertujuan untuk mengangkat kesadaran masyarakat akan pentingnya seni, literatur serta budaya, sekaligus membangun dan mengembangkan ekosistem seni dan kreatif, terutama di kawasan Jakarta dan sekitarnya.” Perhelatan Union yang berlangsung selama 8 Oktober hingga 13 November 2022 di Semesta Galery, Jakarta Selatan, ini telah banyak berkolaborasi dengan beragam komunitas budaya dan pelaku seni dari multidimensi.
“Sebagai bagian dari misi kami untuk mengingatkan kembali keyakaan budaya Indonesia serta daya resiliensinya di tengah hantaman modernitas, pada kesempatan ini Rasasastra menggandeng teman-teman dari komunitas seni dan budaya lainnya yang memiliki misi senanda,” tambah Elghandiva. Rasasastra antara lain mengajak pengunjuk merasakan pengalaman menjelajah Nusantara lewat beragam medium dengan menggandeng komunitas Yayasan Negeri Rempah, Wedhangan Q, Tempe.Ide, Winson the Storyteller Family, Indra Zaka Permana, dan Jasminé.
Di dalamnya ada pameran #CeritaTempe, workshop musikalisasi dongeng, storytelling dengan wayang mini, Aksara Menari, serta Meramu Rasa yang mengajak setiap orang mengenali diri melalui ramuan rempah yang diolah menjadi minuman. Di samping itu, ada pula Sudut Kosa Rasa yang mengungkap kekayaan rempah di Indonesia, serta Tari Nusantara yang disajikan oleh Pedharma Desa.
Yayasan Negeri Rempah mengangkat tema “Kosa Rasa yang Hilang” sebagai bentuk keprihatinan terhadap kekayaan sensasi rasa yang menghilang, seiring dengan ingar bingar kemajuan zaman dan industri, yang berdampak besar pada pola produksi dan konsumsi masyarakat. Kumoratih Kushardjanto, Chair of the Executive Board Yayasan Negeri Rempah, mengatakan bahwa berbagai pengetahuan yang berpijak pada kearifan leluhur, yang sangat memuliakan alam, kini pun perlahan terlupakan.
Pandemi COVID-19 pun menjadi momentum tepat untuk menyadarkan masyarakat bahwa sejatinya leluhur kita telah mewariskan pengetahuan mengolah rempah yang begitu kaya untuk menangkal berbagai penyakit dan menjaga kesehatan dalam bentuk pangan dan obat-obatan. Hal senada disampaikan oleh Puri Lestari, pemilik Wedhangan Q, yang menghadirkan racikan jamu asli dalam kemasan siap minum. “Meramaikan Rasasastra tahun ini, Wedhangan Q menghadirkan pojok “Meramu Rasa”, di mana teman-teman diajak untuk menggali dan berbagi cerita tentang rempah, memori, sehingga bisa lebih mengenal profil rasa pereferensi pribadi. Karena sejatinya, keterikatan kita atas preferensi rasa itu dibentuk oleh suasana dan pengalaman kita secara kolektif,” terang Puri.
Eksplorasi diri ini digali dalam proses Tasting Table dengan menggunakan Taste Wheel. Meramu Rasa membantu mengenalkan rasa dan sensasi dari ramuan dasar rempah tersebut.” Selain Yayasan Negeri Rempah dan Wedhangan Q, Rasasastra pun mengandeng Tempe.Ide, sebuah komunitas yang berangkat dari kepedulian dan rasa cinta pada kekayaan budaya Indonesia. Melalui kampanye #CeritaTempe, Tempe.ide menggali ragam kisah tempe dalam keseharian individu dan mengeksplorasi kembali kekayaan sejarah dan budaya Indonesia yang sejatinya dapat diungkap dari sebuah tempe.
Tempe sendiri merupakan makanan asli Indonesia yang kini dalam proses untuk mendapat pengukuhan dari UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Retno Putri, salah satu Pendiri Tempe.Ide mengatakan, “Pada dasarnya Indonesia itu kaya akan cerita yang harus dibangun sebagai gerbang informasi pariwisata. Untuk itu kolaborasi multidimensi dalam suatu platform acara seperti ini sangatlah dibutuhkan untuk menambah dan memperkaya narasi tentang warisan budaya Indonesia yang bisa diceritakan secara luas. Kami menyadari bahwa tempe sebagai perajut rasa Nusantara yang mewakili dan menggambarkan kehidupan orang Indonesia secara menyeluruh, sarat makna kesederhanaan dan kebersamaan, tetapi juga memiliki daya resiliensi dalam perubahan.
”Selain bermain dalam sensori rasa melalui rempah dan tempe, melalui acara ini, Rasasastra ingin membangun narasi dini mengenai seni dan budaya kepada anak-anak yang dibungkus dalam sesi storytelling berjudul “ANDO & RAMUAN AJAIB”. Miss Wiwin, dari Winson the Storytelling Family, menegaskan bahwa nilai dan pesan kearifan lokal dapat diturunkan kepada generasi penerus dengan mudah. Salah satu caranya melalui dongeng dan cerita. Lewat dongeng, anak diajak untuk larut dalam dunia imajinasi sambil mengenal ragam budaya dan tradisi, yang sekaligus menjadi pintu masuk memperkenalkan makna toleransi.
Winson the Storytelling Family membawa kita bertualang mengenal Nusantara bersama tokoh bernama Ando dan Meong. Masih ada beragam workshop lainnya untuk anak-anak dan keluarga, seperti Bercerita dengan Wayang Mini, Musikalisasi Dongeng, dan Aksara Menari. “Terbentuknya kolaborasi ini berawal dari keprihatinan kami bersama akan kurangnya narasi yang dibangun yang berkenaan dengan seni dan budaya Indonesia, terutama bagi masyarakat urban di tengah hantaman gelombang modernitas. Kami optimistis, melalui kegiatan-kegiatan semacam ini, kisah tentang indahnya Indonesia dapat lebih bergaung dan disuarakan lebih luas lagi,” pungkas Elghandiva.