Di nusantara yang indah rumahku
Kamu harus tahu
Tanah permata tak kenal kecewa
Di katulistiwa
Lirik lagu Tony Koeswoyo dedengkotnya group music Koes Plus Kembali terngiang saat ramai dibicarakan ibu kota yang akan dating berganti dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur.
Saat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan sudah konfirmasi dengan Presiden, maka hebohlah masyarakat. “Alasannya adalah Nusantara sudah dikenal sejak dulu, dan ikonik di internasional, mudah dan menggambarkan kenusantaraan kita semua Republik Indonesia”.
Kita tak perlu ikut heboh dengan suasana politiknya, namun ingin menengok lebih lanjut soal nama Nusantara. Tahukah Anda?
Sebelum nama ini muncul, ada sekitar 80 nama yang diusulkan unutk menjadi nama ibu kota baru, antara lain Negara Jaya, Nusantara Jaya, Nusa Karya, Pertiwipura, dan Cakrawalapura. “Tetapi kemudian akhirnya dipilih kata Nusantara tanpa kata jaya”.
Arti Nusantara dalam laman Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), kbbi.kemdikbud.go.id, adalah sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Nama Nusantara lahir pada masa Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke XIV dan digunakan dalam konteks politik. Kawasan Nusantara di sini menunjukkan wilayah yang terdiri dari gugusan atau rangkaian pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia, bahkan termasuk Semenanjung Malaya. Wilayah tersebut dikategorikan Majapahit sebagai Nusantara.
Nusantara juga diucapkan oleh Gajah Mada, patih Majapahit. Gajah Mada mengucapkannya lewat sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa. Sumpah itu diucapkannya saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. Sumpah Palapa berbunyi: “Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa.”
Artinya, “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa.”
Nusantara saat itu digunakan untuk menyebut daerah di luar Majapahit yang hendak ditaklukkan oleh Gajah Mada.
Secara etimologi, Nusantara terdiri dari kata nusa yang artinya pulau, yakni pulau-pulau, dan antara yang berarti lain atau seberang. Namun setelah Majapahit hancur, istilah Nusantara terlupakan. Nusantara baru kembali digunakan pada abad ke-20 oleh tokoh pendidikan nasional pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara. Beliau ingin agar penyebutan Hindia Belanda tidak dipopulerkan dan menggantinya dengan Nusantara.