ADVERTISEMENT

PERSEMBAHAN CINTA OSCAR LAWALATA

Perjalanan perancang Oscar Lawalata mencari Wastra Nusantara yang tersembunyi akhirnya membuahkan hasil. Oscar kembali menunjukan hasil penelusurannya dalam bentuk Festival Aku dan Kain.

Bekerjasama dengan Museum Nasional, Festival AKU DAN KAIN yang diselenggarakan 10 Agustus sampai 10 September 2022 ini, menampilkan sosok anak bangsa yang menginspirasi. Berbalut kisah dan kreasi penuh makna dan dinarasikan melalui karya indah mereka.

“Festival AKU DAN KAIN, sebuah movement yang merayakan keanekaragaman budaya, untuk membangun rasa nasionalisme, serta mengangkat keindahan nilai nilai pluralisme. Kekayaan kain tradisional Indonesia dan keragamannya perlu dilestarikan oleh gerenasi penerus,” jelas Oscar Lawalata.

Festival AKU DAN KAIN berlangsung selama satu bulan dengan mengangkat berbagai kegiatan di bidang seni dan budaya, antara lain pameran kain tua dari Museum Nasional seperti kulit kayu,songket,batik sulam,dan aplikasi manik dalam sebuah instalasi AKU DAN KAIN: Wonders of Weaving,dan pameran instalasi menara tenun nusantara yang akan memamerkan 100 kain tenun Nusantara dari Oscar Lawalata Culture, serta kegiatan workshop dan talkshow.

Festival AKU DAN KAIN yang diselengggarakan di Museum Nasional ini dipastikan memanjakan mata pengunjung. Sebagai informasi, untuk masuk ke Museum Nasional dikenakan harga tiket Rp 15 ribu dan Rp 20 ribu bagi pengunjung yang ingin masuk ke ruang temporer.

Melibatkan Seniman Ruang, pameran instalasi Wonder of Weaving akan menghadirkan pengalaman ruang imersif yang menghasilkan keindahan sederhana dalam sebuah kegelapan.

Sebagai elemen pembentuk ruang, panel lengkung hasil karya seni Byo Living (peraih Japan’s Good Design Award 2021), dirancang dari pola tenun tekstil untuk teknologi kustomisasi komputasi terbaru dan diterapkan pada mesin panel modern sebagai struktur berpola tenun.

Desain pencahayaan oleh Erreluce yang menyerupai sebuah susunan konstelasi, mengungkap jalinan dimensi waktu antara masa lalu, sekarang dan masa depan, melalui pendaran cahaya ruang negatif pada panel tenun.

Instalasi ini meredefinisikan kembali esensi sebuah keindahan yang tanpa batas waktu dengan mencerna kembali gagasan kita tentang “tua” dan “baru”, di mana kombinasi keduanya merupakan elemen penting dalam membentuk ruang hidup manusia. Dimana tradisi dan kearifan lokal dapat menjadi sebuah esensi pemersatu generasi masa kini dan masa depan.

Selain itu, Festival AKU DAN KAIN juga mengadakan pameran fotografi yang melibatkan 100 selebritas/influencer diantaranya Reza Rahadian, Marsha Timothy, Dian Sastro, Nirina Zubir, Angga Yunanda, Syifa Hadju, Najwa Shihab, Renata Moelek dan dimeriahkan dalam perayaan fashion show oleh Refal Hady,Jovi Adhiguna, Ayu Ghani,Davina Veronica,Gamaliel Tapiheru, Sal Priadi, Yuki Kato dan masih banyak lagi akan menampilkan rancangan Oscar Lawalata. Tentu saja rancangan ini menggunakan kain-kain khas Nusantara.

Lahir dari filosofi keindahan kain tenun Nusantara yang dituangkan dalam pendekatan fashion dan gaya hidup, kecintaan akan keindahan dan filosofi ini pula yang menjadi akar dari Aku dan Kain: The Age of Diversity.

Proses tenun yang melambangkan persatuan, dituangkan dalam sebuah kolaborasi fotografi Aku dan Kain : The Age of Diversity, di mana team Oscar Lawalata Culture berkolaborasi dengan fotografer Vony Wong, rumah produksi fotografi HIRA imaji, studio foto Ruang HIRA, videografer Bill William Gautama dengan dukungan peralatan dari BSM Rental, Hagai Pakan sebagai Fashion Consultant, dan Yemima Cahyani Pujilestari, Shafira Rizka, dan Kevina Marcelline sebagai fashion stylist.

Kolaborasi fotografi ini mengajak 100 tokoh yang berpengaruh di era modern, ditampilkan dalam sebuah instalasi fotografi digital yang didukung oleh Epson Indonesia.

Melalui Aku dan Kain: The Age of Diversity, Oscar Lawalata Culture ingin menyampaikan bahwa keindahan yang harmoni tidak perlu seragam dan serba sama, namun perbedaan sejatinya merupakan rangkulan persatuan dalam perbedaan.

Tak hanya itu saja, Oscar Lawalata Culture juga berkolaborasi dengan Jelajah Bhineka dalam event Aku dan Kain. Mengusung visi yang sama yaitu meningkatkan eksistensi kebudayaan Indonesia sebagai identitas nasional di era digital ini. Visi ini dituangkan dalam program-program seperti workshop, talkshow, kegiatan anak, dan pemutaran film pendek.

Jelajah Bhineka adalah komunitas yang merangkul anak muda Indonesia untuk dapat lebih peduli terhadap keberagaman yang ada di sekitar demi menciptakan masa depan Indonesia yang lebih baik mulai dari jelajah budaya, religi, hingga keanekaragaman suku di Indonesia.

Jelajah Bhineka turut memeriahkan dengan mengadakan kegiatan di bidang seni dan budaya, seperti workshop pewarnaan alam dan showcase tenun dari Mama Juwita,penenun dari Ende,Flores NTT, workshop bersama Bukuku.club, pemutaran film pendek, talkshow seputar kain tenun ikat, serta kegiatan lainnya yang membantu kita mengenal kebudayaan Indonesia khususnya tentang tenun ikat di Indonesia.

Jelajah Bhineka juga menyertakan kegiatan yang di khususkan untuk anak-anak, sepeti melukis bersama Bukuku.club dan mendongeng bersama Paman Gery di event Aku dan Kain.

“Visinya, mengangkat eksistensi kain tradisional tradisional Indonesia sebagai warisan Nusantara yang perlu dibanggakan serta dilestarikan oleh Milenial dan Gen Z. Sedangkan misinya adalah memperkenalkan ragam kain tradisional Nusantara dalam bentuk aktivasi offline maupun lewat digital platform sehingga pesan mudah tersampaikan,” ungkapnya.

Oscar Lawalata yang kini dikenal sebagai Asha Darra ingin mengulang kesuksesannya melalui Festival AKU DAN KAIN. Sebelumnya pagelaran yang serupa telah berhasil menarik perhatian pengunjung Senayan City (2019).

Selain itu dirinya pernah terlibat dalam pagelaran penting seperti Pekan Olahraga XX di Papua (2021) dan “Unity in Diversity” The Apurva Kempinski Bali, ART Jog 2022, “IGNITE – The Splendor of Nusantara” Green School Bali (2022).

Mahakarya perancang kelahiran 1 September 1977 ini pun tercatat dalam pagelaran fashion internasional. Seperti  Asia 5 x Doreme by Japan Foundation and Sugino Gakuen/Doreme Gakuin (Tokyo)-2006, IYCE (International Young Creative Entrepreneur) by The British Council, London-2009, ‘Dysfashional’ by Centre Culturel Francais (CCF) Jakarta & Goethe-Institut Indonesien, Galeri Nasional, Jakarta -2011, Los Angeles Fashion Week (LAFW) SS 2017, Los Angeles-2016, Festival Colorful Indonesia by Ambassade d’Indonesia a Paris (2016,2017, 2018) serta Indonesia Batik for the World, Exhibition and Fashion Show, UNESCO House, Paris-2018.

Sejak berkiprah 1998 di dunia fashion dengan paduan historis kain tradisional, sederet label yakni Oscar Lawalata Culture, Love by Oscar Lawalata, Oscar Lawalata Uniform, Sha House pernah meraih penghargaan internasional. Seperti IYCE (International Young Creative Entrepreneur) by The British Council, London dan Indonesia’s Cultural Ambassador in ; Paris, Monaco, Milan, Tokyo, New York, Washington, Chile.