Seni olah tubuh bisa menjadi katarsis untuk memahami diri sendiri sehingga tercipta kesadaran diri.
Salah satu dampak dari pandemi COVID-19 adalah kesehatan mental yang terganggu. Gejala cemas dan depresi, rasa takut dan khawatir berlebih, serta gangguan tidur, dialami terutama oleh perempuan, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, di tahun 2020. Dari 1.522 responden yang memiliki masalah psikologis, 76,1% adalah perempuan dengan rentang usia 14 sampai dengan 71 tahun.
Sadar akan pentingnya kesehatan mental serta pentingnya pemahaman diri untuk bisa berdamai dengan COVID-19, Eurekawomen, sebuah komunitas yang memiliki misi untuk memberdayakan perempuan agar berani menjadi dirinya sendiri, mengadakan seri loka karya bertemakan Dear Me, di mana perempuan diajarkan untuk mencintai dirinya sendiri lewat kesadaran akan pemahaman diri (mindfulness), di Artotel Sanur.
“Banyak perempuan yang karena disibukkan oleh urusan rumah tangga, pekerjaan kantor maupun domestik termasuk mengurus anak-anak dan suami, kerap lupa untuk meluangkan waktu bagi dirinya sendiri. Kadang perempuan merasa bersalah dan egois, bila memanjakan dirinya sendiri. Hal ini, justru membuat perempuan rentan depresi karena tidak adanya pola keseimbangan hidup, terutama pemahaman akan diri sendiri yang baik. Dialog kepada diri sendiri dan aktivitas yang bisa dilakukan untuk menyalurkan energi negatif, seperti menari sebagai katarsis, sangat penting untuk dilakukan agar kita tetap sehat mental selama masa pandemi ini,” ucap Myrna Soeryo, salah satu penggagas Eurekawomen.
Di loka karya Dear Me yang pertama kali diadakan oleh Eurekawomen di Bali ini, menghadirkan pelatih seni olah tubuh menari dengan kehidupan, Lindy Tribuana, yang mengajarkan bagaimana seni olah tubuh bisa menjadi sarana untuk memahami diri sendiri sehingga tercipta kesadaran diri.
Eurekawomen adalah sebuah komunitas perempuan yang bertujuan agar perempuan berani menjadi dirinya sendiri. Mengusung misi, Be Bold, Be You (Jadilah Berani, Jadi Dirimu); Eurekawomen berfokus pada program-program pengembangan diri, pengembangan bisnis dan karir serta cinta dan hubungan. Eurekawomen digagas oleh tiga perempuan dengan berbagai latar belakang yaitu Era Anderson (ibu rumah tangga), Myrna Soeryo (pengusaha) dan Marlin Siahaan (profesional puncak).
“Saya melihat masih banyak perempuan yang kurang mencintai dirinya sendiri.Banyak perempuan diajarkan bagaimana caranya untuk terlihat cantik dan menarik, tetapi mereka tidak diajarkan bagaimana caranya untuk memperbaiki emosi diri dan menyembuhkan luka batin. Menari tidak hanya sekedar sebuah seni olah tubuh, tetapi ketika menari ada proses kesadaran diri. Seperti halnya sebelum menari kita mengucapkan terima kasih kepada diri kita sendiri, termasuk kepada kedua kaki kita yang sudah menopang tubuh dan membuat kita bisa berjalan sehari-hari. Banyak perempuan kerap lupa untuk melakukan hal tersebut,” ujar Lindy.
Di dalam loka karya setengah hari ini, peserta selain berlatih olah tubuh, juga bisa melihat perbedaan profil diri, sebelum dan sesudah loka karya, melalui potret diri yang dilakukan oleh fotorafer profesional Aswino Sumopawiro.
“Perempuan sering dituntut untuk menjadi cantik, memenuhi standar kecantikan tertentu, yang kadang kerap tak masuk akal. Seperti harus kurus, berkulit putih, rambut lurus terurai dan lain-lain. Padahal asal muasal kecantikan dari dalam diri kita sendiri, atau yang sering kita sebut sebagai inner beauty. Di loka karya Dear Me, akan terlihat jelas kecantikan yang terpancar dari dalam diri tiap peserta, sebelum dan sesudahnya. Biasanya seusai loka karya, peserta akan mendapati kulitnya akan tampak lebih cerah karena merasa bahagia dan damai,” ucap Aswino.
Loka karya Dear Me akan diadakan oleh Eurekawomen secara rutin, sebagai rangkaian kegiatan untuk pengembangan diri. Diharapkan melalui loka karya Dear Me, perempuan tidak lupa akan pentingnya untuk mencintai diri sendiri.
“Salah satu tujuan dari Eurekawomen adalah memberdayakan perempuan agar berani beraktualisasi dan menjadi dirinya sendiri. Kami berharap semakin banyak perempuan yang berani menyuarakan isi hatinya dan mengekspresikan diri, mampu mencintai diri sendiri dan berdikari dengan talentanya masing-masing, karena kami percaya seorang perempuan yang bahagia akan menciptakan keluarga yang bahagia,” tutup Myrna Soeryo